Semua
orang penasaran dengan perkembangan anak-anaknya. Mereka pun
meluangkan waktu untuk mempelajari tahap perkembangan anak.
Alasannya, mereka ingin memiliki si kecil tubuh menjadi pribadi yang
kuat dan berhasil di masa depannya.
Salah
seorang psikogi yang senang meneliti dan memiliki landasan teoriperkembangan anak secara psikososial adalah Erikson. Fakta menarik
adalah Erikson sendiri adalah seseorang yang sering di-bully saat
kecil. Terlahir berambut pirang dan bermata biru, dia diejek oleh
kaumnya sendiri, orang Yahudi. Di sekolah, dia selalu dikata-katain
sebagai orang Yahudi. Dari situlah, dia pun melanjutkan penelitian
terhadap anak-anak dan anak muda mengenai krisis perasaan dan
identitas.
Menurut
teori Erikson, ada 8 tingkat psikososial yang akan dilalui manusia.
Pada setiap tingkatan ini, manusia perlu menanganinya konflik-konflik
yang bisa menjadi titik balik dalam perkembangannya. Hal ini bisa
berart memiliki resiko berhasil dan juga gagal.
1.
Percaya dan Tidak Percaya antara 0-18 bulan
Rasa
percaya adalah hal pertama yang akan dipelajari bayi terutama kepada
ibu dan pengasuhnya. Apabila kebutuhan dia akan makanan, kasih sayang
dan kebersihan cukup maka dia akan memiliki rasa aman dan percaya
yang kuat. Namun bila sebaliknya yang terjadi, dia gak gampang
percaya orang lain plus tidak ada rasa aman. Dia akan sering skeptis
dan menghindari hubungan yang dilandasi rasa percaya.
2.
Otonomi vs. Keragu-raguan dan rasa malu antara 18 bulan - 3 tahun
Pada
tahap perkembangan anak ini, si kecil sudah bisa makan sendiri,
berbicara dan berjalan. Orang tua juga memberikan kesempatan pada si
kecil untuk eksplorasi dan bila diberi arahan dengan tepat, si kecil
bisa tumbuh mandiri dan percaya diri. Namun orang yang terlalu kaku
dan keras pada anak akan menumbuhkan si kecil yang kurang percaya
diri dan kurang mandiri. Dia menjadi lemah dan tidak kompeten
sehingga gampang merasa malu plu ragu-ragu pada kemampuannya sendiri.
3.
Inisiatif vs Rasa Bersalah antara 3 - 6 tahun
Anak-anak
pada usia 3-6 tahun mulai mematangkan kemampuan motorik dan
berbahasanya. Dia juga bisa mengamati dan mengekplorasi lebih bayak.
Dia juga memiliki inisiatif yang tinggi untuk bertindak. Inisiatif
anak bisa terganggu bila selalu diberi hukuman atau kritikan. Dia
akan menjadi anak yang memiliki rasa bersalah yang tinggi dan rasa
tidak peduli. Namun inisiatif yang berlebihan tanpa arahan juga tidak
dibenarkan. Jadi ayah dan bunda perlu memberikan batasan yang jelas.
4.
Tekun vs rendah diri antara 6 - 12 tahun
Si
kecil yang sudah mau menginjak masa remaja mulai mengembangkan rasa
bangga akan identitasnya. Dukungan dari orang tua dan orang-orang di
sekitarnya bisa membangun rasa kompeten dan percaya diri anak yang
sehat lewat kompetisi yang mendidik sehingga si kecil memiliki
pencapaian plus pengalaman baru. Kurangnya prestasi dan dukungan akan
membuat dia menjadi anak yang merasa tidak kompeten dan tidak
produktif.
5.
Identitas vs. Kebingungan peran antara 12 - 18 tahun
Seorang
anak remaja suka melakukan banyak hal baru untuk mencari tahu jati
diri mereka yang sebenarnya. Dia pun bersosialisasi dengan
orang-orang yang mirip dengannya dalam proses pencarian tersebut.
Ketika dia menemukan perannya dan didukung orang tua, maka dia
mendapat identitas yang positif. Bila dia mendapat banyak penolakan,
dia akan mengalami krisis identitas dan tidak yakin akan hasrat dan
rasa percaya dirinya.
6.
Keintiman vs. Isolasi antara 18 - 35 tahun
Tahap
pertama perkembangan kedewasaan adalah ketika seseorang siap
membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika
sukses membangun hubungan yang erat, dia mampu merasakan cinta dan
kasih sayang. Untuk mendapatkan hubungan yang sehat, sangat
bergantung pada pertumbuhan di masa-masa sebelumnya. Bila gagal
menjalin hubungan, dia akan merasa terasing atau kesepian.
7.
Bangkit vs. Stagnan antara 36 - 64 tahun
Tahap
kedua perkembangan kedewasaan ini dilambangkan dengan kemapaman. Dia
memiliki karir yang maju dan rumah tangga telah tercapai akan memberi
dia sebuah perasaan akan memiliki tujuan. Namun bila dia tidak puas
dengan alur hidupnya, dia akan hidup dalam penyesalan dan stagnan.
8.
Integritas vs. Keputusaan di usia 65 tahun ke atas
Pada
usia 65 tahun ke atas, seseorang senang mengenang kembali masa
lalunya. Dia berusaha menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan.
Bila dia berhasil melewati tahap ini, maka dia akan mendapat
kebijaksanaan. Namun kegagalan bisa mengakibatkan dia putus asa.
Demikian
landasan teori perkembangan anak Erikson yang juga berlanjut hingga
usia tua. Apakah ayah bunda setuju? Share pendapatnya ya.