Thursday, August 23, 2018

8 Tahap Perkembangan Anak Menurut Erikson



Semua orang penasaran dengan perkembangan anak-anaknya. Mereka pun meluangkan waktu untuk mempelajari tahap perkembangan anak. Alasannya, mereka ingin memiliki si kecil tubuh menjadi pribadi yang kuat dan berhasil di masa depannya.

Salah seorang psikogi yang senang meneliti dan memiliki landasan teoriperkembangan anak secara psikososial adalah Erikson. Fakta menarik adalah Erikson sendiri adalah seseorang yang sering di-bully saat kecil. Terlahir berambut pirang dan bermata biru, dia diejek oleh kaumnya sendiri, orang Yahudi. Di sekolah, dia selalu dikata-katain sebagai orang Yahudi. Dari situlah, dia pun melanjutkan penelitian terhadap anak-anak dan anak muda mengenai krisis perasaan dan identitas.
Menurut teori Erikson, ada 8 tingkat psikososial yang akan dilalui manusia. Pada setiap tingkatan ini, manusia perlu menanganinya konflik-konflik yang bisa menjadi titik balik dalam perkembangannya. Hal ini bisa berart memiliki resiko berhasil dan juga gagal.

1. Percaya dan Tidak Percaya antara 0-18 bulan
Rasa percaya adalah hal pertama yang akan dipelajari bayi terutama kepada ibu dan pengasuhnya. Apabila kebutuhan dia akan makanan, kasih sayang dan kebersihan cukup maka dia akan memiliki rasa aman dan percaya yang kuat. Namun bila sebaliknya yang terjadi, dia gak gampang percaya orang lain plus tidak ada rasa aman. Dia akan sering skeptis dan menghindari hubungan yang dilandasi rasa percaya.

2. Otonomi vs. Keragu-raguan dan rasa malu antara 18 bulan - 3 tahun
Pada tahap perkembangan anak ini, si kecil sudah bisa makan sendiri, berbicara dan berjalan. Orang tua juga memberikan kesempatan pada si kecil untuk eksplorasi dan bila diberi arahan dengan tepat, si kecil bisa tumbuh mandiri dan percaya diri. Namun orang yang terlalu kaku dan keras pada anak akan menumbuhkan si kecil yang kurang percaya diri dan kurang mandiri. Dia menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga gampang merasa malu plu ragu-ragu pada kemampuannya sendiri.

3. Inisiatif vs Rasa Bersalah antara 3 - 6 tahun
Anak-anak pada usia 3-6 tahun mulai mematangkan kemampuan motorik dan berbahasanya. Dia juga bisa mengamati dan mengekplorasi lebih bayak. Dia juga memiliki inisiatif yang tinggi untuk bertindak. Inisiatif anak bisa terganggu bila selalu diberi hukuman atau kritikan. Dia akan menjadi anak yang memiliki rasa bersalah yang tinggi dan rasa tidak peduli. Namun inisiatif yang berlebihan tanpa arahan juga tidak dibenarkan. Jadi ayah dan bunda perlu memberikan batasan yang jelas.

4. Tekun vs rendah diri antara 6 - 12 tahun
Si kecil yang sudah mau menginjak masa remaja mulai mengembangkan rasa bangga akan identitasnya. Dukungan dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya bisa membangun rasa kompeten dan percaya diri anak yang sehat lewat kompetisi yang mendidik sehingga si kecil memiliki pencapaian plus pengalaman baru. Kurangnya prestasi dan dukungan akan membuat dia menjadi anak yang merasa tidak kompeten dan tidak produktif.

5. Identitas vs. Kebingungan peran antara 12 - 18 tahun
Seorang anak remaja suka melakukan banyak hal baru untuk mencari tahu jati diri mereka yang sebenarnya. Dia pun bersosialisasi dengan orang-orang yang mirip dengannya dalam proses pencarian tersebut. Ketika dia menemukan perannya dan didukung orang tua, maka dia mendapat identitas yang positif. Bila dia mendapat banyak penolakan, dia akan mengalami krisis identitas dan tidak yakin akan hasrat dan rasa percaya dirinya.

6. Keintiman vs. Isolasi antara 18 - 35 tahun
Tahap pertama perkembangan kedewasaan adalah ketika seseorang siap membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, dia mampu merasakan cinta dan kasih sayang. Untuk mendapatkan hubungan yang sehat, sangat bergantung pada pertumbuhan di masa-masa sebelumnya. Bila gagal menjalin hubungan, dia akan merasa terasing atau kesepian.

7. Bangkit vs. Stagnan antara 36 - 64 tahun
Tahap kedua perkembangan kedewasaan ini dilambangkan dengan kemapaman. Dia memiliki karir yang maju dan rumah tangga telah tercapai akan memberi dia sebuah perasaan akan memiliki tujuan. Namun bila dia tidak puas dengan alur hidupnya, dia akan hidup dalam penyesalan dan stagnan.

8. Integritas vs. Keputusaan di usia 65 tahun ke atas
Pada usia 65 tahun ke atas, seseorang senang mengenang kembali masa lalunya. Dia berusaha menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan. Bila dia berhasil melewati tahap ini, maka dia akan mendapat kebijaksanaan. Namun kegagalan bisa mengakibatkan dia putus asa.
Demikian landasan teori perkembangan anak Erikson yang juga berlanjut hingga usia tua. Apakah ayah bunda setuju? Share pendapatnya ya.

No comments:

Post a Comment