Monday, October 29, 2018

Kemampuan Bicara, Tahap Perkembangan Krusial Bagi Ananda

Di masa tumbuh kembangnya, terutama di tiga tahun pertama, anak akan melewati banyak milestone. Tahap perkembangan anak atau milestone akan memiliki perbedaan yang cukup signifikan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Karena setiap anak memiliki keunikan dan memiliki 'waktunya' sendiri.

Salah satu tahap perkembangan anak yang cukup krusial dan membuat cemas orang tua jika tidak dilewati dengan baik adalah tahap bicara. Walaupun tidak bisa diburu-buru, Ibu tetap harus memperhatikan perkembangan bahasa dan bicara anak sejak dini. Agar jika kelak di usia balita terdeteksi kemungkinan anak terlambat bicara, Ibu dan Ayah dapat segera mencari solusinya.

Pada dasarnya, tahap kemampuan bahasa dan bicara anak bisa dilihat bahkan sejak anak masih berusia 0-3 bulan. Ditandai dengan kemampuan mengikuti arah benda yang digerakkan atau dibunyikan, mengoceh, dan tersenyum saat diajak bicara. Kemampuan tersebut akan terlihat jelas saat anak berusia 9 bulan ke atas.

Pada usia 10 bulan biasanya balita sudah bisa mengenali namanya, dan menoleh saat dipanggil. Dia juga sudah 'babbling' seperti mengucap bababa-papapa-mamama, dan mengenal nama-nama benda. Bulan berikutnya, balita akan mulai mengoceh 'laling' seperti tata-lala-kaka-dada yang membutuhkan sentuhan lidah ke langit-langit mulut. Dia juga mulai belajar menolak, dengan menggoyangkan kepalanya atau berkata 'no/tak'. Di usia 12 bulan, balita sudah mengerti perintah sederhana dan tunggal. Misalnya 'tolong ambilkan bola', melakukan ekolalia (meniru suara atau kata) dan mulai mengucapkan satu atau dua kata yang bisa dimengerti orang dewasa. Saat ini kota katanya sekitar 5-6 kata.

Saat milestone ini belum tercapai di usia 12 bulan, ibu harus banyak-banyak menstimulasi balita. Begitu juga jika di usia 18 bulan ia belum mengucap satu kata pun, dan berlanjut hingga di usia 2 tahun. Paling tidak di usia 2,5-3 tahun balita telah menguasai 50-70 kata. Jika di usia 3 tahun balita belum juga bicara, Ibu bisa menemui dokter untuk memeriksakan balita. Bisa jadi anak terlambat bicara.

Speech delay atau terlambat bicara adalah hal yang dialami oleh 10% anak berusia 1-3 tahun, dan lebih banyak dialami oleh anak laki-laki. Speech delay dapat disebabkan oleh gangguan anatomi mulut, telinga, atau kesalahan dalam pengasuhan. Tapi jangan khawatir dulu, Bu. Diagnosa speech delay baru akan ditetapkan setelah dokter melakukan pemeriksaan. Dengan stimulasi dan terapi yang tepat, anak bisa jadi akan segera mengejar ketertinggalannya.

Untuk ada deteksi anak terlambat bicara, Ibu bisa melakukan beberapa hal di bawah ini untuk menstimulasi kemampuan bahasa dan bicaranya :
  • Memeriksakan ananda ke dokter.
Terkadang terlambat bicara disebabkan oleh gangguan anatomi di mulut, seperti langit-langit mulut yang terbuka. Bisa juga karena gangguan pendengaran. Jika ini yang terjadi, maka intervensi medis diperlukan.

  • Lakukan kontak mata.
Saat Ibu berkomunikasi dengan balita, usahakan untuk melakukan kontak mata. Hal ini akan lebih mudah jika Ibu menyejajarkan diri dengan ananda. Kontak mata akan membuat balita bisa menyimak kata-kata yang ibu ucapkan dan membantunya bereaksi.

  • Bicara dengan gestur, perlahan, dan kalimat yang sederhana.
Jangan terburu-buru saat bicara dengan ananda. Usahakan kalimat yang Ibu sampaikan pendek-pendek dan mudah dimengerti. Jika perlu minta ia mengulangi salah satu kata dan beri apresiasi atas usahanya.

  • Ajak ia bernyanyi, membaca buku, dan mendongeng.
Lagu dengan nada dan kalimat berima lebih mudah masuk ingatan anak. Begitu pula dengan cerita atau dongeng. Pilih yang kalimatnya pendek-pendek dan berima, dan bacakan secara rutin. Biasanya untuk usia batita satu kalimat mengandung maksimal 4 kata. Rutin membaca buku, mendongeng, dan bernyanyi akan membantu menambah kosakata anak. Dorong ia untuk mengulangi salah satu kata dan apresiasi usahanya.

  • Latih kemampuan mengunyah, menelan, meniup, dan menghisap.
Kemampuan ini akan menguatkan otot-otot oromotor di sekitar wajah dan mulutnya dan mempermudah balita untuk mengucapkan kata. Melatih otot-otot oromotor juga akan membantu balita mengurangi cadelnya. Ibu juga bisa melakukan pijat oromotor. Caranya bisa ibu cari di internet atau bertanya pada dokter anak atau terapis wicara.

  • Jauhkan balita dari gawai dan televisi.
Gawai dan televisi menyebabkan balita hanya akan mengalami komunikasi satu arah (pasif). Keduanya juga menyebabkan gangguan otak dan mental, seperti kesulitan mengendalikan emosi, anak cenderung agresif, gangguan fokus serta sulit bersosialisasi. Para ahli menganjurkan agar orang tua menjauhkan gawai dari anak 0-5 tahun, karena radiasi yang dipancarkan sangat berbahaya bagi selaput otak ananda yang masih tipis. Ganti gawai dan televisi dengan kegiatan fisik di luar ruangan, membaca buku, bermain bersama, dan berkegiatan lain.


Jangan panik jika tahap perkembangan anak belum dilewati balita dengan baik, Bu. Namun jangan pula terlalu santai. Dengan stimulasi yang baik, serta intervensi jika diperlukan, balita akan berhasil melewati tahapan tersebut. 

No comments:

Post a Comment