Di
masa tumbuh kembangnya, terutama di tiga tahun pertama, anak akan
melewati banyak milestone.
Tahap
perkembangan anak
atau milestone
akan
memiliki perbedaan yang cukup signifikan antara anak yang satu dengan
yang lainnya. Karena setiap anak memiliki keunikan dan memiliki
'waktunya' sendiri.
Salah
satu tahap
perkembangan anak
yang cukup krusial dan membuat cemas orang tua jika tidak dilewati
dengan baik adalah tahap bicara. Walaupun tidak bisa diburu-buru, Ibu
tetap harus memperhatikan perkembangan bahasa dan bicara anak sejak
dini. Agar jika kelak di usia balita terdeteksi kemungkinan anak
terlambat bicara, Ibu dan Ayah dapat segera mencari solusinya.
Pada
dasarnya, tahap kemampuan bahasa dan bicara anak bisa dilihat bahkan
sejak anak masih berusia 0-3 bulan. Ditandai dengan kemampuan
mengikuti arah benda yang digerakkan atau dibunyikan, mengoceh, dan
tersenyum saat diajak bicara. Kemampuan tersebut akan terlihat jelas
saat anak berusia 9 bulan ke atas.
Pada
usia 10 bulan biasanya balita sudah bisa mengenali namanya, dan
menoleh saat dipanggil. Dia juga sudah 'babbling'
seperti mengucap bababa-papapa-mamama, dan mengenal nama-nama benda.
Bulan berikutnya, balita akan mulai mengoceh 'laling'
seperti tata-lala-kaka-dada yang membutuhkan sentuhan lidah ke
langit-langit mulut. Dia juga mulai belajar menolak, dengan
menggoyangkan kepalanya atau berkata 'no/tak'. Di usia 12 bulan,
balita sudah mengerti perintah sederhana dan tunggal. Misalnya
'tolong ambilkan bola', melakukan ekolalia (meniru suara atau kata)
dan mulai mengucapkan satu atau dua kata yang bisa dimengerti orang
dewasa. Saat ini kota katanya sekitar 5-6 kata.
Saat
milestone
ini belum tercapai di usia 12 bulan, ibu harus banyak-banyak
menstimulasi balita. Begitu juga jika di usia 18 bulan ia belum
mengucap satu kata pun, dan berlanjut hingga di usia 2 tahun. Paling
tidak di usia 2,5-3 tahun balita telah menguasai 50-70 kata. Jika di
usia 3 tahun balita belum juga bicara, Ibu bisa menemui dokter untuk
memeriksakan balita. Bisa jadi anak
terlambat bicara.
Speech
delay
atau terlambat bicara adalah hal yang dialami oleh 10% anak berusia
1-3 tahun, dan lebih banyak dialami oleh anak laki-laki. Speech
delay
dapat disebabkan oleh gangguan anatomi mulut, telinga, atau kesalahan
dalam pengasuhan. Tapi jangan khawatir dulu, Bu. Diagnosa speech
delay
baru akan ditetapkan setelah dokter melakukan pemeriksaan. Dengan
stimulasi dan terapi yang tepat, anak bisa jadi akan segera mengejar
ketertinggalannya.
Untuk
ada deteksi anak terlambat bicara, Ibu bisa melakukan beberapa hal
di bawah ini untuk menstimulasi kemampuan bahasa dan bicaranya :
-
Memeriksakan ananda ke dokter.
Terkadang
terlambat bicara disebabkan oleh gangguan anatomi di mulut, seperti
langit-langit mulut yang terbuka. Bisa juga karena gangguan
pendengaran. Jika ini yang terjadi, maka intervensi medis diperlukan.
-
Lakukan kontak mata.
Saat
Ibu berkomunikasi dengan balita, usahakan untuk melakukan kontak
mata. Hal ini akan lebih mudah jika Ibu menyejajarkan diri dengan
ananda. Kontak mata akan membuat balita bisa menyimak kata-kata yang
ibu ucapkan dan membantunya bereaksi.
-
Bicara dengan gestur, perlahan, dan kalimat yang sederhana.
Jangan
terburu-buru saat bicara dengan ananda. Usahakan kalimat yang Ibu
sampaikan pendek-pendek dan mudah dimengerti. Jika perlu minta ia
mengulangi salah satu kata dan beri apresiasi atas usahanya.
-
Ajak ia bernyanyi, membaca buku, dan mendongeng.
Lagu
dengan nada dan kalimat berima lebih mudah
masuk ingatan
anak.
Begitu pula dengan cerita atau dongeng. Pilih yang kalimatnya
pendek-pendek dan berima, dan bacakan secara rutin. Biasanya untuk
usia batita satu kalimat mengandung maksimal 4 kata. Rutin membaca
buku, mendongeng, dan bernyanyi akan membantu menambah kosakata anak.
Dorong ia untuk mengulangi salah satu kata dan apresiasi usahanya.
-
Latih kemampuan mengunyah, menelan, meniup, dan menghisap.
Kemampuan
ini akan menguatkan otot-otot oromotor di sekitar wajah dan mulutnya
dan mempermudah balita untuk mengucapkan kata. Melatih otot-otot
oromotor juga akan membantu balita mengurangi cadelnya. Ibu juga
bisa melakukan pijat oromotor. Caranya bisa ibu cari di internet atau
bertanya pada dokter anak atau terapis wicara.
-
Jauhkan balita dari gawai dan televisi.
Gawai
dan televisi menyebabkan balita hanya akan mengalami komunikasi satu
arah (pasif). Keduanya juga menyebabkan gangguan otak dan mental,
seperti kesulitan mengendalikan emosi, anak cenderung agresif,
gangguan fokus serta sulit bersosialisasi. Para ahli menganjurkan
agar orang tua menjauhkan gawai dari anak 0-5 tahun, karena radiasi
yang dipancarkan sangat berbahaya bagi selaput otak ananda yang
masih tipis. Ganti gawai dan televisi dengan kegiatan fisik di luar
ruangan, membaca buku, bermain bersama, dan berkegiatan lain.
Jangan
panik jika tahap perkembangan anak belum dilewati balita dengan baik,
Bu. Namun jangan pula terlalu santai. Dengan stimulasi yang baik,
serta intervensi jika diperlukan, balita akan berhasil melewati
tahapan tersebut.
No comments:
Post a Comment